Ridwan Dalimunte dan Nurlela Siregar


Published: kickandy
Ridwan Dalimunte dan Nurlela Siregar merupakan guru di Dusun Aek Pastak, kawasan Padang Lawas, Tapanuli, Sumatera – Utara. Dusun dengan luas 195 ha ini merupakan tanah adat yang dikelola bersama. Pasangan suami-istri ini menjadi guru sejak tahun 1997. Adapun sekolah swadaya Aek Pasak ini merupakan sekolah jauh dari SD Negeri Pembangunan yang berada 7 km dari sekolah tersebut dan berdiri sejak tahun 1968. Guru-guru yang mengajar di sekolah tersebut di tunjuk berdasarkan keputusan musyawarah warga.


Sejak tahun 2005, Ridwan baru menerima honor dari komite yang diambil dari dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) sebesar Rp. 600.000. Sebelumnya, Ridwan dan istrinya hanya dibayar dengan 80 kaleng beras pertahun. Pasangan suami-istri Ridwan Dalimunte dan Nurlela Siregar harus bergantian mengajar anak-anak di sana. Kalau suaminya ke sawah, Nurlela yang pergi mengajar anak-anak. Begitupun sebaliknya.

Sekolah tempat Ridwan mengajar hanya memiliki 1 ruangan yang disekat menjadi 2 kelas, dengan atap dan dinding sekolah berlubang-lubang. Sekarang ini, sudah ada 60 murid yang belajar di sekolah tersebut. Tahun 2005, pasangan suami-istri ini pernah diundang ke Jakarta untuk bertemu dengan istri wakil presiden, Mufidah Jusuf Kalla. Namun, kondisi sekolah tersebut belum banyak mengalami perubahan, bantuan yang diterima dari pemerintah baru sedikit. Harapan pasangan suami-istri ini adalah ingin meningkatkan pendidikan anak-anak di desa Aek Pastak ini. Nurlela bahkan mengaku sampai kapanpun dia akan mengajar karena dia menyukainya.



Read more...

Abah Muksin "Intan dalam lumpur "

Published: kickandy
Guru asal Surabaya ini mewujudkan cita-citanya untuk memutus mata rantai pelacuran dengan membuat sebuah madrasah di tengah2 komplek lokalisasi, di Bangun Rejo, Surabaya. Tahun 1985, ia mulai mengelola Madraan Ibtidaiyah (sekolah dasar) yang memberikan layanan gratis bagi anak-anak yatim dan tidak mampu, juga termasuk anak-anak dari pekerja seks komersial di sekitar sekolah,

Abah Muksin mengaku lebih mengutamakan pelajaran akhlak bagi para murid-muridnya, lalu setelah itu pelajaran akidah. Dan PR rutin yang diberikan kepada murid-muridnya adalah melakukan sholat di depan orang tuanya. Supaya orang tuanya tersentuh,katanya.

Mulanya sekolah itu hanya memiliki dua kelas yang dipakai bergantian. Dengan bantuan donatur, kini sekolah itu berkembang bahkan hingga dua lantai. Harapan lain Abah Muksin adalah bisa membeli tanah dan membangun rumah yatim piatu di lahan yang sekarang masih menjadi tempat lokalisasi.
Read more...
Category:

Juli Eko Sarwono “Good practice”

Published: kickandy
Juli Eko Sarwono adalah guru matematika. Ketakutan anak-anak terhadap pelajaran Matematika mendorong dia untuk selalu berusaha mencari model guru profesional dan pembelajaran yang tepat tetapi sampai sekian lama tidak berhasil. Barulah ketika SMP 19 Purworejo terpilih menjadi mitra Decentralized Basic Education 3 (DBE3)-USAID dan Pak Eko mengikuti pelatihan modul dasar Better Teaching and Learning (Pengajaran Profesional dan Pembelajaran Bermakna) serta modul Life-Skills (Kecakapan hidup), Pak Eko menemukan apa yang telah lama didambakan. Di dalam pelatihan Better Teaching and Learning (Pengajaran Profesional dan Pembelajaran Bermakna) Pak Eko dilatih tentang pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.

Pelatihan dan pendampingan yang intensif dari fasilitator tersebut menjadi titik balik strategi pembelajaran yang diterapkan Pak Eko di dalam kelas. Dia mulai membangun komunikasi dan pendekatan 2 arah terhadap siswa, menerapkan metode pembelajaran aktif di kelas yang bervariasi seperti mengajak anak belajar di luar dengan menempel soal-soal, membuat media dengan barang-barang bekas seperti kardus mie, kalender bekas, koran; menempel dengan kertas warna-warni, dan lainnya.



Pak Eko berhasil membiayai anaknya sampai lulus sarjana dengan berjualan bakso keliling. Ia mempunyai pengalaman mengajar selama 27 tahun. Pak Eko sendiri baru berjualan bakso keliling tahun 2003, sekitar 6 tahun yang lalu. Saat itu anak pertamanya akan kuliah namun gajinya sebagai PNS sebesar Rp. 2,6 juta tidak cukup untuk menyekolahkan anaknya kejenjang yang lebih tinggi sehingga dia harus berhutang. Untuk membayar cicilan hutangnya, Pak Eko akhirnya berjualan bakso, profesi yang pernah di jalaninya ketika SMA.

Banyak orang yang terkesan pada kepribadian Pak Eko karena ia selalu menjunjung etos kerja tinggi yang juga diterapkannya dalam kehidupanya sehari-hari. Sebagai kepala keluarga yang harus bertanggung jawab pada kelangsungan perekonomian keluarga, Pak Eko melakoni profesi ganda sebagai guru dan pedagang bakso keliling.

Berita menggembirakan bagi Pak Eko datang ketika seorang dosen Matematika UNNES juga menawari untuk melihat dan mengadopsi media matematika sederhana di laboratorium matematika UNNES (Universitas Negeri Semarang). Ketika inovasi pembelajaran Pak Eko diangkat pada lokakarya keberhasilan DBE, pengalaman mengajar yang dibaginya telah menginspirasi banyak guru di SMP 19 Purworejo dan kabupaten lain untuk mengikuti jejaknya, menggunakan pembelajaran yang menyenangkan siswa.

Bahkan kata Pak Eko, sekarang di SMP 19 Purworejo dinding kelas meriah dengan tempelan hasil karya siswa, sehingga untuk membuat lebih enak dipandang mata akhirnya tiap kelas dinding bagian belakang dibuat ‘’kapling-kapling’’ untuk setiap mata pelajaran. Hal istimewa bagi Pak Eko ketika pengawas sekolah Diknas Purworejo, Subiyanto menyempatkan diri untuk melihat proses pembelajaran di kelasnya selama 2 jam pelajaran.

Baru-baru ini, Pak Eko mendapat penghargaan dari Development Education America sebagai guru dengan predikat “good practice” yang di selenggarakan pada 28 Juli di Hotel Hilton, Solo.




Read more...